Observatorium Bosscha


Salah satu impian saya sedari kecil adalah melihat teropong raksasa di Observatorium Bosscha. Impian selama 25 tahun itu baru terlaksana seminggu yang lalu. Luar biasa, akhirnya tercapai.

Family gathering kantor suami saya kali ini memang diadakan di Bandung selama 2 hari. Sabtu pagi-pagi sekali kami sekeluarga sudah berangkat. Berhubung acara baru dimulai jam 3 sore, maka pagi nya kami sudah merancang acara untuk berkunjung ke Bosscha. Sekalian juga saya ingin anak saya bisa melihat teropong raksasa itu.

Perjalanan Jakarta – Bandung dilalui dengan lancar. Keluar tol Pasteur kami ke arah Sukajadi lalu terus ke Lembang. Berbekal peta buta dan peta mulut alias tanya sana sini, yang saya tau pokoknya Bosscha itu adanya di Lembang ! Sampai Lembang tinggal tanya saja, beress. Hujan terus mengiringi pencarian kami menuju teropong itu.
Ternyata arah menuju Bosscha sudah terlewati oleh kami beberapa kilo, dari situ kami diberi petunjuk, jika sudah sampai desa Batureog, dibelakang Hotel Citra ada jalan dipenuhi pinus menanjak, nah Bosscha itu letaknya kearah sana.

Saya membayangkan ada plang besar didepan jalan masuk, ternyata nihil. Hanya tulisan di papan ukuran sekitar 20cmx50cm isinya : Observatorium Bosscha – ITB yang ditempelkan dipagar penutup jalan.

Sampai tempat ternyata sudah ada rombongan dari SMU Parongpong sekitar 200an orang. Tidak ada pengunjung perorangan, hanya kami sekeluarga. Setelah bincang-bincang di bagian penerima tamu, beruntung akhirnya saya sekeluarga diselipkan untuk mengikuti penjelasan di dalam teropong bersama rombongan siswa SMU tersebut. Saya tidak tau, ternyata jika ingin masuk ke ruang berkubah itu harus menggunakan ijin formil dan tidak bisa perorangan harus institusi. Ah, senangnya, senang sekali.

Bangunan berkubah bulat itu akhirnya ada di depan mata, yang selama ini saya hanya lihat gambarnya di buku-buku IPS dan di film Petualangan Sherina. Saya terlihat norak, tapi begitulah adanya memang . Kalau saja tidak malu dilihat orang, saya mungkin sudah berjingkrak – jingkrak kegirangan. Alhamdulillah saya bersyukur.

Sebelum penjelasan dimulai, saya berkeliling sambil membaca sejarah pembuatan Bosscha. Banyak tanya yang saya lontarkan ketika sang tutor memberikan kesempatan untuk bertanya. Maklum, namanya juga baru nemu.

Mengapa Bosscha didirikan ? Sebagai tempat pengamatan benda langit dan seiring dengan perkembangan astronomi dan masyarakat Indonesia. Karena sudah sejak jaman baheula masyarakat kita mengamati langit sebagai bagian dari kebutuhan dan kebudayaan. Seperti kepentingan pertanian (waktu bercocok tanam, saat panen), petunjuk arah, petunjuk waktu, system penanggalan dan juga ritual keagamaan.

Mengapa dipilih Lembang? Kala itu Lembang merupakan tempat yang tenang (jauh dari keramaian kota), udara yang sejuk, memiliki pemandangan ke Timur, Barat dan Selatan dengan lepas serta ketinggian tempat 1300 M diatas permukaan laut.


Nama Bosscha diambil dari seorang astronom Belanda Karel Albert Rudolf Bosscha yang menyumbangkan ide serta bantuan biaya pembelian teropong besar. Bosscha mempelopori ide pembangunan observatorium dengan dibentuknya Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (Perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda). Tahun 1922 dimulai pembangunan konstruksi observatorium dan tahun 1923 pembangunan itu rampung. Setelah sekian lama menanti, akhirnya tanggal 10 Januari 1928 teleskop double refraktor Zeiss buatan Jerman tiba di Indonesia dengan 27 buah peti kemas besar diturunkan dari kapal Kertosono milik Rotterdamsche Lloyd.

Mr Bosscha meninggal beberapa bulan setelah instalasi teleskop Zeiss selesai. Sebagai kenangan atas jasa beliau, observatorium tersebut dinamakan Observatorium Bosscha.
Sebetulnya ada beberapa teropong yang berada di bangunan ini, namun Teleskop Zeiss dengan berat 17 ton ini merupakan teleskop yang mempunyai titik api paling panjang, oleh karenanya memiliki kemampuan mengamati obyek langit secara detil. Selain itu teleskop ini terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder).

Bangunan berkubah tempat teleskop bernaung memiliki sebuah jendela yang dapat dibuka dan dapat diputar ke segala penjuru arah, sehingga obyek langit yang berada di seluruh sektor azimut dapat dijangkau oleh teleskop ini. Pada saat itu, hujan tengah berlangsung, sehingga jendela kubah tidak dapat dicoba untuk dibuka, sebab air hujan dapat merusak lensa teleskop. Lantai teleskop pun dapat dinaik turunkan yang berfungsi untuk memudahkan pengamatan benda langit, bila benda langit rendah maka lantai teropong dinaikkan, begitu sebaliknya.

Sayangnya, saya hanya dapat melihat sosok teropong dan cara kerja teleskop tersebut secara umum, sebab penggunaan teleskop diprioritaskan untuk pendidikan mahasiswa dan pengamatan penelitian bidang astronomi.

Bagaimanapun observatorium Bosscha merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan keberadaannya. Pemda kabupaten Bandung harusnya melindungi dan mendukung kesinambungan bagi pengamatan dunia astronomi dengan melakukan pengendalian atas pembangunan rumah-rumah di sekitar kawasan Bosscha yang berakibat terhalangnya cakrawala pandang bagi astronom yang sedang mengamati langit.

Andai di Indonesia punya beberapa observatorium lain selain Bosscha....

Sistem Informasi Bagi Perusahaan : Urgensi & Permasalahannya


Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan perkembangan komputer dan telekomunikasi telah mengubah cara hidup di dunia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keberadaan dan peranan teknologi informasi di segala sektor kehidupan tanpa sadar telah membawa dunia memasuki era baru globalisasi lebih cepat dari yang dibayangkan semula, yaitu abad informasi. Dari sekian banyak sektor kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh kehadiran teknologi informasi, organisasi atau institusi berorientasi bisnis merupakan entitas yang paling banyak mendapatkan manfaat. Sektor usaha memerlukan suatu sistem informasi dan teknologi informasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan sekaligus sebagai senjata utama dalam memenangkan persaingan.


SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Dalam kehidupan sehari-hari istilah ‘teknologi informasi’ dan ‘sistem informasi’ pengertiannya seringkali dipertukarkan. Sekalipun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat namun secara harfiah memiliki pengertian yang berbeda. Penjelasan berikut dipandang perlu untuk menghilangkan kesalahkaprahan pemakaian istilah, sebelum membicarakan sistem informasi sendiri secara luas.

Istilah ‘teknologi informasi’ mulai diperkenalkan secara luas ketika terjadi pengembangan teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi komunikasi. Sedangkan kata ‘informasi’ sendiri didefinisikan sebagai suatu hasil dari pengolahan data yang memiliki nilai lebih (nilai tambah) dibandingkan dengan data mentah. Komputer merupakan teknologi informasi pertama yang dapat melakukan proses pengolahan data menjadi informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, kemajuan teknologi komunikasi berkembang sedemikian pesatnya sehingga mampu mereduksi jarak menjadi lebih pendek.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi itu sendiri. Dengan demikian berdasarkan definisi tersebut, terlihat bahwa komputer hanya merupakan salah satu produk dalam domain teknologi informasi. Printer, sistem pengkabelan, modem, router, VSAT, Oracle Database, Oracle Application, SAP, Baan, dan sebegainya, merupakan contoh-contoh lain dari produk teknologi informasi.

Kata ‘sistem’ mengandung arti kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya. Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Jadi teknologi informasi hanya merupakan salah satu komponen kecil dalam aktivitas perusahaan. Komponen-komponen lainnya adalah: proses dan prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, pemasok, rekanan, pemerintah, dan sebagainya.

Dengan berpegang pada definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara sistem informasi dan teknologi informasi. Dalam perspektif demand-supply, dapat dilihat bahwa sistem informasi merupakan kebutuhan (demand) perusahaan dalam menjalankan kegiatan manajemen sehari-hari, sementara teknologi informasi adalah jawaban (supply) terhadap kebutuhan perusahaan tersebut.


KESENJANGAN ANTARA KEBUTUHAN DAN JAWABAN INFORMASI

Dalam kerangka ideal, seharusnya model demand-supply dalam hubungan teknologi informasi dan sistem informasi berlaku seperti layaknya model serupa dalam ilmu ekonomi. Akan terjadi kekurangan produk jika permintaan melebihi persediaan, sebaliknya akan terjadi kelebihan produk di pasaran jika persediaan melebihi permintaan. Apa yang terjadi dalam praktek bisnis sehari-hari ternyata seringkali antara sistem informasi sebagai demand dan teknologi informasi sebagai supply tidak terjadi kesepakatan bersama dan cenderung terdapat kesenjangan (gap) yang tidak kecil.

Kesenjangan pertama yang jelas terlihat adalah latar belakang orang-orang yang berdiri di masing-masing domain, dimana terjadi perbedaan perspektif yang sangat mendasar antara orang-orang berlatang belakang bisnis dan orang-orang teknis. Seringkali terjadi kemacetan komunikasi yang disebabkan adanya perbedaan dalam cara melihat, menilai, merumuskan, dan memutuskan suatu permasalahan.

Kesenjangan kedua adalah tingkat kepahaman mengenai hakikat informasi itu sendiri. Sebagian besar perusahaan masih memiliki pandangan yang konservatif mengenai nilai strategis suatu informasi, sehingga seringkali terjadi investasi berlebihan terhadap teknologi informasi apalagi secara teknologi perusahaan-perusahaan tersebut dapat membeli peralatan informasi yang canggih sekalipun. Pandangan konservatif dan sikap yang terlalu berhati-hati dalam menyikapi perkembangan informasi juga dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan investasi dalam teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan tersebut.

Kesenjangan ketiga adalah sangat dinamisnya kebutuhan sistem informasi perusahaan yang sulit diikuti dan dicari jalan pemecahannya oleh teknologi informasi yang tersedia. Hal tersebut merupakan dampak era globalisasi yang membuat perubahan lingkungan bisnis yang begitu cepat dan dinamis, serta berdampak pada perubahan proses manajemen, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan kebijakaan-kebijakan lainnya. Efeknya, harus selalu dilakukan redefenisi dan restrukturisasi strategi teknologi informasi yang jelas-jelas memerlukan dana dan investasi yang tidak sedikit.


SIAPA MENGIKUTI SIAPA

Akibat adanya kesenjangan-kesenjangan, sering terjadi perdebatan sengit antara praktisi manajemen dan teknologi informasi mengenai pendekatan mana yang harus diikuti : teknologi informasi sebagai pendukung bisnis ataukah bisnis mengikuti perkembangan teknologi informasi.

Adanya kesenjangan perspektif antara praktisi manajemen dan teknologi informasi, disisi lain dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk menganalisa masalah dan penyelesaiannya berkaitan dengan urgensi pengadaan teknologi informasi dalam suatu perusahaan. Mencari penyelesaian untuk memperkecil kesenjangan-kesenjangan tersebut juga dapat dijadikan landasan awal untuk mengatasi permasalahan ketika suatu perusahaan yang memiliki investasi teknologi memadai tidak pernah sukses pengimplementasiannya bahkan sama sekali tidak memberikan keuntungan yang berarti bagi perusahaan.

Masalah tarik-ulur kepentingan antara kebutuhan manajemen akan sistem informasi dan solusi teknologi informasi sebagai jawaban, juga menghinggapi banyak perusahaan baik milik negara maupun swasta.

Berkaitan dengan pengembangan sistem informasi perusahaan menuju kinerja kelas dunia, -disini saya mengulas divisi teknologi informasi yang difungsikan sebagai pusat layanan kepada user internal perusahaan -
pertama sangat dibutuhkan strategi perencanaan dan pengembangan sistem informasi yang merupakan bagian terintegrasi dari perencanaan perusahaan/korporat. Strategi tersebut perlu diredefinisi (jika sebelumnya sudah pernah ada) dan dibuat dalam dokumentasi yang baik serta disosialisasikan kepada manajemen puncak dan lingkungannya sendiri. Strategi tersebut perlu dibuat karena: 1) sumber daya yang dimiliki perusahaan mungkin terbatas, sehingga harus digunakan seoptimal mungkin, 2) untuk meningkatkan daya saing atau kinerja perusahaan karena para pesaing memiliki sumber daya teknologi yang sama, 3) untuk memastikan bahwa aset teknologi informasi dapat dimanfaatkan secara langsung ataupun tidak langsung untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan, 4) untuk mencegah terjadinya kelebihan investasi ataupun kekurangan investasi, dan 5) untuk menjamin bahwa teknologi informasi yang direncanakan dan dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan bisnis perusahaan akan informasi.

Kedua, memberikan pendidikan kepada manajemen puncak, juga menengah, untuk memahami apa dan bagaimana teknologi informasi dapat memiliki peranan strategis bagi perusahaan. Hal tersebut dipandang sangat perlu karena komitmen puncaklah yang memberikan kontribusi signifikan terhadap suksesnya implementasi teknologi informasi, dengan melakukan propaganda ke seluruh jajaran karyawannya.

Ketiga, melibatkan para pengguna (user) secara aktif ke dalam divisi teknologi informasi. Sudah merupakan fenomena umum bahwa terjadi sebuah gap yang cukup besar antara para karyawan di divisi SI/TI dan para user sebagai pengguna dari produk-produk divisi SI/TI. Untuk itu sosialisasi yang intensif tentang implementasi teknologi informasi di perusahaan serta perkembangan TI terbaru sangat perlu dilakukan.
Disini, usulan untuk mengeliminir gap tersebut yaitu dengan membentuk suatu dewan perwakilan user yang memiliki jadwal berkala untuk bertemu dan melakukan diskusi bersama dengan divisi SI/TI. Tugas utamanya adalah mengevaluasi kinerja sistem informasi yang ada, disamping membahas perkembangannya di masa mendatang. Dengan cara tersebut kedua belah pihak sama-sama memperoleh manfaat dan persepsi yang sama terhadap perkembangan sistem informasi/teknologi informasi perusahaan; user melalui dewan perwakilannya akan memperoleh gambaran yang jelas tentang arah dan strategi sistem informasi perusahaan serta merasa lebih familiar dengan produk-produk divisi SI/TI; sedangkan divisi SI/TI sendiri mendapatkan kerangka pengembangan sistem informasi perusahaan yang lebih jelas dan terarah sesuai dengan keinginan, keluhan, dan proses bisnis dalam perspektif user.

Keempat, membentuk suatu team-work divisi sistem informasi yang tangguh dimana tanggung gugat, tanggung jawab, serta job description¬-nya terperinci dengan jelas.

Kelima, mempelajari dan menyusun implementasi sistem informasi di perusahaan tersebut serta trend terbaru seputar perkembangan teknologi informasi di dunia. Hal yang dibahas dapat berupa: 1) bagaimana mengintegrasikan aplikasi-aplikasi yang ada sehingga menjadi sebuah aplikasi terpadu layaknya aplikasi ERP (enterprise resource planning) yang terbukti dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan-perusahaan modern di dunia; 2) memporting aplikasi-aplikasi yang ada menjadi web enabled dan secara perlahan-lahan mengubahan arsitektur aplikasi 2-tier (client/server) ke n-tier (web based dan distributed); 3) memikirkan software-software pengembangan aplikasi (development tools) alternatif misalnya solusi total Microsoft (Visual Studio) serta tools lainnya untuk memonitor, meningkatkan, serta memudahkan pemeliharaan aplikasi atau database yang telah ada.

Terakhir, mendokumentasikan seluruh aplikasi dan sistem secara rinci dalam format yang seragam dan mudah dibaca/dimengerti. Dokumentasi, baik user manual maupun system manual, harus diorganisasikan sebaik mungkin sehingga regenerasi pengembang dan pemakai aplikasi dapat berjalan dengan baik.

-End-

Menunggu Izin dan Ridho


Musim haji sedikit lagi tiba. Kemarin saya sekeluarga berkunjung ke rumah teman suami saya yang akan berangkat haji minggu depan. Sebagai yang diundang kami hadir untuk memberikan dukungan dan doa bagi keselamatan beribadah haji bagi teman tersebut.

Sambil menikmati teh hangat ditengah gemerintik hujan di teras depan rumahnya, sang teman menyemangati kami berdua untuk segera menunaikan rukun islam kelima ini, mumpung masih muda dan masih punya fisik yang kuat. Kami mengiyakan, insya Allah, doakan kami.

Siapa sih yang tidak ingin berhaji? Saya kira semua muslimin dan muslimat pasti ingin. Namun keinginan saja tidak cukup. Perlu niat yang kuat untuk itu dan tentu saja izin dari Allah. Semampu apapun manusia memiliki modal yang cukup untuk berhaji, jika belum datang izin dan ridho Allah, maka hari yang ditunggu itu belum sampai kepadanya.

Ketika Gubernur Jabar memberlakukan kuota haji di tahun 2008 yang tadinya berdasarkan provinsi berubah menjadi masing-masing kabupaten/kotamadya, kedua orang paman saya harus menerima kenyataan pahit karena gagal untuk berangkat beribadah haji. Padahal calon jemaah sudah siap 1000%, manasik saja sudah berkali-kali dilakukan. Provinsi Jabar yang tahun ini memperoleh kuota haji sebanyak 37.366 hanya memberikan kuota yang kecil untuk kota Depok dan Bekasi yang hanya 1.900 orang saja. Dengan alasan, selama ini kuota yang diberikan untuk daerah tersebut banyak dimanfaatkan kuotanya oleh warga Jakarta untuk pindah domisili keberangkatan ke kota-kota di Jabar. Menurut saya keputusan ini kurang bijaksana, di saat 8.000 calon jemaah siap untuk berangkat harus terbatasi niatnya yang mungkin baru akan terlaksana dalam 4 tahun kedepan. Dan sangat tidak bijaksana keputusan ini diturunkan begitu mendadak.

Saya tahu ini merupakan pukulan berat bagi mereka yang gagal berhaji. Karena 3 tahun lalu hal ini menimpa Ibu saya. Tapi ini kesalahan saya yang lupa memindahkan tabungan Ibu saya yang seharusnya berganti ke tabungan haji. Saya lupa bertanya kapan penutupan pendaftaran. Akhirnya ketika tiba-tiba pemerintah mengumumkan bahwa quota telah habis, saya begitu tertohok. Astaghfirullah, khilaf...Dan atas izin Allah, Ibu saya akhirnya bisa beribadah haji di tahun depannya. Alhamdulillah. Berkaca pada peristiwa ini, mudah-mudahan paman saya ikhlas bahwa semua ini Tuhan yang mengatur.

Selidik punya selidik, mengapa kuota haji segera habis tanpa aba-aba dan tanpa transparansi jelas, ternyata pihak bank memberi talangan bagi calon jemaah yang sudah menabung di tabungan haji walaupun tabungannya masih kurang, sehingga bisa didaftarkan. Nantinya bank akan menghubungi calon jemaah, jika mereka sanggup menutup biaya tahun ini maka pendaftaran akan diteruskan, namun jika tidak sanggup, uang bank akan ditarik kembali dan calon jemaah tersebut akan berangkat tahun berikutnya sampai dia mampu menutup jumlahnya. Pantas saja saya tidak tahu....

Terlepas dari itu semua, banyak pesan moral yang Allah turunkan kalau mau kita memaknainya. Bahwa niat, kemampuan fisik & finansial tidaklah cukup. Jika Allah belum memberikan izin Nya, walau Dia sudah memanggil-manggil kita, maka akan seperti kedua paman saya tadi.
Setelah Allah berikan izin, lantas apakah Allah sudah meridhoinya? Dari mana biayanya dan bagaimana caranya kita bisa berhaji.

Mungkin kadang-kadang kita lupa bahwa apa yang dizinkan Nya – sehingga dapat terlaksana – belum tentu sama dengan apa yang diridhai-Nya. Contoh sederhana, seorang pegawai berniat untuk pergi haji namun belum mampu dalam finansial. Pada saat yang sama ia mendapat peluang untuk melakukan ‘sedikit’ penggelapan (misalnya me-mark up sesuatu). Jika ia memanfaatkan peluang itu dan berhasil artinya Allah mengizinkannya untuk melakukan hal tersebut (karena memang tidak ada sesuatu hal pun di dalam kehidupan ini yang bisa terjadi tanpa izinNya). Namun apakah itu berarti Allah ridho, apalagi uangnya akan digunakan untuk berhaji? Tentu saja tidak.

Bahkan seringkali kita dengar seorang tukang sapu di sebuah kantor tiba-tiba mendapat rejeki pergi berhaji dari kantornya, kita tidak bisa memperkirakan dari mana rejeki2 itu bakal mampir kepada kita. Hanya usaha dan doa yang bisa kita lakukan, selebihnya Allah pasti tak akan mengingkari janji Nya untuk kita, tinggal menunggu saat yang tepat.

Maka, ketika saya mengusulkan kepada suami saya untuk pindah domisili saja ke daerah yang banyak quotanya ketika mendaftar haji nanti supaya dapat segera berangkat, namun suami saya berkata, aku mau berangkat dengan cara yang baik, ketika Allah sudah mengijinkan dan meridhoi kita untuk datang ke rumah Nya. Astaghfirullah, subhanallah...aku manut, suamiku......

-End-

Naik Mandala Lagi


Minggu lalu, ada undangan meeting dadakan (selalu!) di Semarang. Walau agak malas - apalagi minggu lalu hujan hampir tiap hari mengguyur bumi Jakarta – tapi saya tetapkan untuk berangkat. Agak sulit mendapatkan tiket, hampir semua full booked. Akhirnya dapat tiket pesawat dari Mandala keberangkatan paling pagi, jam 6.10. Cukuplah waktu perjalanan, karena meeting baru dimulai jam 9.

Sudah hampir jam 6 tapi penumpang belum juga dipanggil. Baru pada jam 6, forwarder mengumumkan bahwa pesawat delay 1 jam karena alasan teknis…(ah chrisye eh klise). Mau tak mau ya mesti menunggu, sambil menenangkan hati bahwa masih cukup waktu untuk bisa ikut meeting.

Sudah hampir 6 tahun saya tidak pernah naik Mandala. Sebabnya karena trauma saja. Tahun 2002, ketika saya hamil muda, dengan ijin dokter dan suami, saya pergi dinas ke Bali. Pulangnya, saya naik pesawat Mandala menuju Jakarta dan transit di Surabaya. Ketika pesawat Boeing 737-200 mengudara 15 menit dari Ngurah Rai, kami mendengar bunyi mesin yang cukup keras, Kraaakk, seperti ada batu yang masuk ke sayap pesawat. Segera setelah itu pesawat turun beberapa feet yang membuat saya mual-mual. Sekeliling terasa hening, dan penumpang sudah komat kamit berdoa untuk keselamatan. Cuaca diluar cukup bagus, bening dan sedikit ada awan.

Saya fikir, pesawat akan naik setelah tadi turun anjlok, tapi ternyata pesawat malah turun lagi beberapa feet – rasanya seperti kita turun dari suatu tanjakan – Nyesss....
Ya Allah, saya terus berdoa untuk keselamatan penumpang pesawat ini, terutama jabang bayi di perut. Penumpang sudah mulai berteriak Allahu Akbar, teknisi pesawat berlari menuju kokpit. Masker udara diturunkan dari tempatnya, karena kami sudah mulai tidak mendengar. Pramugari mulai sibuk memberikan bantuan kepada seorang bapak tua di bangku depan saya yang menggigit lidahnya. Saya berfikir, mungkin pesawat mengalami turbulence dan kita sedang masuk ruang hampa udara, sehingga kuping ini berdengung. Kalau tidak segera diberi oksigen, bisa pecah gendang telinga ini.

Sekitar lima menit kemudian pesawat mulai bergerak ke atas, terus dan kembali normal. 10 menit kemudian kami turun di Juanda, dan ganti pesawat karena pesawat tadi telah kehabisan oksigen, atau malah kerusakan mesin? Entahlah...karena sampai kami kembali di Jakarta, pihak Mandala tidak memberitahukan penyebabnya.

Walaupun selamat tiba di rumah, setelahnya jika sedang berdinas keluar kota saya emoh menggunakan pesawat Mandala lagi. Tetapi kali ini, mau tak mau karena kehabisan tiket ya naik Mandala juga. Saya membaca buletin Mandala, ternyata memang maskapai ini telah berganti manajemen yang semula dimiliki oleh angkatan udara RI namun pada tahun 2006 dijual ke sebuah perusahaan asing yang dikomandoi oleh Warwick Brady. Saya lihat pesawatnya banyak yang baru dengan menggunakan Airbus 319 dan 320. Untuk pemeliharaan pesawat, mereka bekerjasama dengan pihak Singapore Airlines yang terkenal sangat ketat dalam hal ini.

Dari segi marketing, Mandala banyak meniru trik nya Air Asia yaitu penjualan yang melalui internet, di pesawat tidak diberi makanan malah berjualan. Ada beberapa masakan yang ditawarkan bagi penumpang, tinggal dilihat di menu. Bedanya, di Mandala kita masih dapat nomor seat, sedangkan di Air Asia mesti rebutan.

Saya hanya berharap komitmen para maskapai terutama di Indonesia, tidak hanya melulu pada upayanya meraup penumpang sebanyak-banyaknya dengan harga murah namun mengabaikan keselamatan penumpang. Tapi perbaikan sistem keamanan, operasional maupun pelayanan pelanggan yang baik nantinya akan mampu meraih hati para pengguna jasa transportasi angkutan udara. Betul tidaaak??

-End-